Puisi Sukmawati, menurutmu?

Huft...sebenarnya aku selalu berusaha menghindari untuk mengomentasi apapun yang terkait SARA. Kejadian terbaru yang masih anget adalah masalah puisi. Puisi yang sebenarnya isinya tidak ada yang istimewa menurutku, tetapi memang ada bagian yang "salah" sehingga menimbulkan kontroversi yaitu karena menggunakan SARA. Yang membuatku terusik adalah kasus ini semakin membesar dan menjadi trending di semua sosial media. Boom!




Teks puisi Sukmawati:
Ibu Indonesia

Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu

Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut

Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia

Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan azan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta
Menurutku jelas ada kesalahan pemilihan kata dan cara menjelaskan dalam puisi tersebut yaitu menggunakan 3 kata syariat islam, adzan, dan cadar sebagai materi pembanding. Kalau kita merujuk dimana puisi itu dibacakan yaitu di ajang Indonesia Fashion Week (IFW), mungkin maksud si pembuat puisi adalah mengajak untuk melestarikan pakaian daerah.

Tetapi sekali lagi, jelas puisi ini "salah" karena menggunakan materi agama yang sensitif, apalagi membandingkan sesuatu yang jelas-jelas berbeda. Menurutku membandingkan kidung dengan adzan adalah kesalahan, karena kidung hanyalah sejenis nyayian atau dendang pada ranah seni, sedangkan adzan adalah panggilan sholat, panggilan ibadah yang menurutku adalah sesuatu yang masih sakral setidaknya bagi umat muslim.

Dimana puisi itu dibacakan?
Puisi itu dibaca oleh Sukmawati dengan judul Ibu Indonesia yang dibacakan di acara "29 Tahun Anne Avantie Berkarya" pada ajang IFW. IFW adalah event tahunan yang diselenggarakan oleh Assosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) dengan tema mengangkat budaya daerah. Kalau kita melihat tempat dan acara dimana puisi ini dibaca maka seharusnya puisi ini dibuat untuk mendukung acara tersebut yaitu terkait busana tradisional.

Kenapa menggunakan kata "syariat Islam", "Adzan", dan "Cadar" ?
Pertanyaan yang sama dengan yang aku pikirkan. Kalau kita merujuk tempat dan tujuan puisi tersebut yang seharusnya digunakan untuk membahas dan mengajak menggunakan busana daerah, agak aneh kalau yang dijadikan pembanding perubahan jaman adalah Islam.

Memang benar mayoritas penduduk Indonesia Islam dan semakin banyak penduduk yang menggunakan hijab termasuk mungkin yang menggunakan cadar. Kalau itu dijadikan pembanding perubahan cara berpakaian yang berdampak pada menurunnya penggunaan pakaian daerah, tunggu...tunggu...tunggu dulu.

Budaya berpakaian kita memang banyak berubah, aku ambil contoh saja waktu aku SD tahun 90-an dan sekarang sudah banyak berubah. Tetapi sangat aneh kalau yang dijadikan pembanding adalah pakaian muslim, bagaimana dengan pakaian yang hanya pakai "cawet" dan "beha" saja, pakaian kurang bahan yang mengumbar "susu" dan "paha". Bukankah seharusnya itu yang dijadikan materi untuk puisi tersebut yang menurutku akan lebih cocok.

Jadi mungkin bunyi puisinya akan lebih baik jika kita edit begini:

IBU INDONESIA
Aku tidak tahu syariat Islam Aku tidak tahu busana modern
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu baik daripada kau umbar pahamu

Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar

Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing

Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia

Aku tak tahu syariat Islam Aku tak tahu busana modern
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan azan mu janji-janji pilkadamu

Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta

Kira-kira kalau sudah diganti demikian kan jadi lebih bagus ya sobat-sobat? hehehe...
Aku orang Jawa juga, dan kata leluhurku. "Ajining diri saka lati" yang artinya adalah bahwa harga diri itu dinilai dari lidah atau perkataan kita.

Semoga kejadian ini mengingatkanku dan sobat-sobat semua bahwa kita harus berhati-hati dalam berucap baik secara langsung maupun tertulis. Cara paling ampuh menurutku adalah dengan menghindari menggunakan materi SARA, karena negara kita adalah negara majemuk dan SARA adalah masalah sensitif yang sangat berbahaya jika kita salah menggunakannya. Berbahaya karena berpotensi memecahbelah kesatuan NKRI.

Let's make things better!

Comments